Salah satu cerita yang paling menarik tentang evolusi manusia adalah kisah tragis yang dialami Ota Benga, seorang lelaki dari Suku Pigmi, Afrika Tengah.
Di awal abad 20, sejumlah ilmuwan pro teori evolusi (evolusionis) berusaha mencari makhluk separuh manusia separuh kera yang diperkirakan masih hidup. Menurut mereka, apabila ada ras yang berhasil berevolusi secara cepat (seperti bangsa Eropa), maka pastilah ada yang evolusinya lebih lambat.
Dalam pencarian mereka di Afrika, para ilmuwan ini bertemu dengan Ota Benga, lelaki Afrika yang memiliki istri dan dua anak. Ota Benga, seperti layaknya warga suku Pygmi lain hanya memiliki tinggi kurang dari 127 cm dan berat kurang lebih 47 Kg. Para ilmuwan ini mengira Ota Benga adalah makhluk yang mereka cari. Mereka pun menangkap lelaki malang ini pada tahun 1904 dan dibawa ke Kebun Binatang Bronx, New York oleh Samuel Verner. Ota Benga ditempatkan dalam kandang bersama beberapa simpanse, gorila dan orangutan. Pada saat dipamerkan di kebun binatang ia berumur 23 tahun.
Ia diperkenalkan sebagai mata rantai transisi evolusi manusia.
Direktur kebun binatang tersebut, Dr. William T. Hornaday, memberikan sambutan panjang lebar tentang betapa bangganya ia memiliki "bentuk transisi" kera menjadi manusia yang luar biasa di kebun binatangnya.
Ia memperlakukan Ota Benga layaknya binatang. Dia tidak bisa membedakan hewan buas dengan manusia kecil berkulit hitam. Karena tertekan, manusia malang itu akhirnya bunuh diri.
Di awal abad 20, sejumlah ilmuwan pro teori evolusi (evolusionis) berusaha mencari makhluk separuh manusia separuh kera yang diperkirakan masih hidup. Menurut mereka, apabila ada ras yang berhasil berevolusi secara cepat (seperti bangsa Eropa), maka pastilah ada yang evolusinya lebih lambat.
Dalam pencarian mereka di Afrika, para ilmuwan ini bertemu dengan Ota Benga, lelaki Afrika yang memiliki istri dan dua anak. Ota Benga, seperti layaknya warga suku Pygmi lain hanya memiliki tinggi kurang dari 127 cm dan berat kurang lebih 47 Kg. Para ilmuwan ini mengira Ota Benga adalah makhluk yang mereka cari. Mereka pun menangkap lelaki malang ini pada tahun 1904 dan dibawa ke Kebun Binatang Bronx, New York oleh Samuel Verner. Ota Benga ditempatkan dalam kandang bersama beberapa simpanse, gorila dan orangutan. Pada saat dipamerkan di kebun binatang ia berumur 23 tahun.
Ia diperkenalkan sebagai mata rantai transisi evolusi manusia.
Direktur kebun binatang tersebut, Dr. William T. Hornaday, memberikan sambutan panjang lebar tentang betapa bangganya ia memiliki "bentuk transisi" kera menjadi manusia yang luar biasa di kebun binatangnya.
Ia memperlakukan Ota Benga layaknya binatang. Dia tidak bisa membedakan hewan buas dengan manusia kecil berkulit hitam. Karena tertekan, manusia malang itu akhirnya bunuh diri.
Membantah Harun Yahya @ 23 September 2010 at 00:43
Ota benga tidak ditangkap oleh evolusionis. Ia ditangkap oleh tentara Kongo, dan justru Velner yang membebaskannya.
Ota Benga tidak mati bunuh diri karena perlakuan tidak manuiawi. Di tahun-tahun terakhir hidupnya, ia hidup sebagai orang bebas dan bekerja di perkebunan tembakau. Ia frustasi karena impiannya untuk pulang ke Kongo hancur karena pecahnya perang dunia pertama.