Rupee, Mata Uang Nepal, Made in Indonesia

Posted @ 16:44 on Friday 16 July 2010 by Forex Education

GAMBAR bunga Rhododendron mekar menghiasi kedua sisi lembaran uang kertas berwarna jambon. Bunga resmi bangsa Nepal itu bersebelahan dengan gambar Pegunungan Everest di sisi depan dan gajah di sisi belakang. Di kedua sisi tertulis nilai nominal Rs 1.000. Ini deskripsi mata uang rupee Nepal, yang baru diperkenalkan tahun lalu.

Siapa menyangka bahwa uang kertas ini ternyata buatan Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri). "Sudah empat kali kami mencetak uang kertas Nepal," kata Sekretaris Perusahaan Peruri, Toni Iskandar Pandelaki, kepada Tempo di Jakarta pekan lalu.


Tak mudah bagi perusahaan pelat merah yang dulu bernama Artha Yasa ini mendapatkan proyek pencetakan uang di Nepal. Masalahnya, uang kertas di Nepal selama bertahun-tahun diproduksi oleh De La Rue (Inggris) dan Giesecke & Devrient (Jerman). Mereka dua dari delapan pemain pencetakan uang terbesar di dunia.

Tender di negeri yang terletak di kaki Pegunungan Himalaya ini bisa tembus berawal dari perkenalan manajemen Peruri dengan seorang pebisnis Nepal empat tahun silam. Pengusaha ini membantu Peruri mendekati Nepal Rastra Bank. Kebetulan bank sentral ini akan menggelar tender pencetakan uang baru. Hasilnya mengejutkan, pada 2007, Peruri menang lelang pengadaan uang kertas, mengalahkan perusahaan pencetakan ternama dari Eropa dan Amerika.

Sejak kemenangan Peruri, persaingan di Nepal kian sengit. Menurut Kepala Pemasaran Internasional Peruri, Pupung Burhanudin, pemain lama dari Eropa membanting harga cetak uang dari US$ 35 menjadi US$ 20 setiap 1.000 bilyet. Namun Peruri tak hilang akal. Bahan baku kertas uang lalu dimodifikasi untuk menekan biaya produksi.

Mulai tahun ini, perusahaan pelat merah ini memakai kertas uang produksi PT Pura Barutama, Kudus, Jawa Tengah, untuk uang kertas Nepal pecahan Rs 20 dan Rs 50. Selisih harganya lumayan lebih murah US$ 20-30 setiap rimnya dibanding kertas impor. "Kualitasnya juga memadai," kata Kepala Divisi Pengadaan dan Produksi Peruri, Achmad Karunia. Dengan kertas Pura, Peruri mengantongi nilai tender masing-masing sekitar US$ 2 juta (sekitar Rp 19 miliar).

Belakangan Peruri berubah pikiran. Peruri hanya menggunakan separuh kertas uang dari Pura. Separuh sisanya memakai kertas uang dari Louisenthal, anak usaha Giesecke & Devrient. Di Indonesia, mesin sortasi uang, kertas mata uang, dan kartu pembayaran elektronik produk Giesecke & Devrient didatangkan oleh MAN Ferrostaal Indonesia, yang dikomandani Michael Groos. Pria Jerman ini kerap berhubungan dengan Bank Indonesia.

0 Comments

What Is Your Comment?

Powered by Blogger.