Kapolres Banting Tongkat Komando dan Ajak Wartawan Bertinju
Medan - Kapolresta Pematangsiantar AKBP Fathori Sik mengamuk kepada sejumlah wartawan di area parkir Mapolresta Pematangsiantar di Pematang Siantar, Sumatera Utara (Sumut), Sabtu (8/5/2010). Dia membantingkan topi dan tongkat komando, lantas mengajak wartawan bertinju.
Keterangan yang diperoleh detikcom menyebutkan, peristiwa tersebut berawal ketika sejumlah wartawan media cetak dan elektronik bermaksud melakukan liputan di Mapolresta. Mereka mendapat informasi seorang warga diperiksa karena memotret kapolres yang sedang menampar pengendara sepeda motor.
Untuk kepentingan pengecekan informasi tersebut, sejumlah wartawan datang ke Mapolresta. "Kami mencoba mengecek benar atau tidak informasi tersebut," kata Martahan Sitanggang reporter CAS FM.
Saat itu beberapa wartawan melakukan pengecekan ke bagian reserse kriminal, dan ada yang mengambil foto dan rekaman video. Seterusnya mereka menunggu perkembangan informasi sambil duduk-duduk di atas sepeda motornya masing-masing yang diparkir di Mapolres.
Tak lama kemudian Kapolres Fathori bersama beberapa anggotanya menghampiri para wartawan dan memarahi wartawan.
"Wartawan dipaksa memperlihatkan foto yang direkam. Kamera mau dirampas," kata Martahan.
Karena wartawan tidak bersedia menunjukkan, Fathori semakin emosi dengan mengancam akan memindahkan wartawan ke Papua. "Setelah itu Fathori memaki-maki wartawan dengan bahasa kotor," kata Martahan.
Setelah itu Fathori memerintahkan ajudannya mengambil tongkat komando dan topi lalu mencampakkan tongkat beserta topi ke arah wartawan. Tak selesai sampai di situ, Fathori juga menantang wartawan bertinju sambil membuka bajunya.
Perkelahian tak terjadi, karena beberapa anggota Polresta meminta wartawan segera pergi. Berkenaan dengan masalah ini, Kapolres AKBP Fathori menyatakan, dia awalnya mendapat laporan ada wartawan memotret dan merekam dengan handycam di lingkungan Mapolres. Atas informasi tersebut, dia menanyakan mengapa memotret dan ingin melihat hasil rekaman tersebut.
"Saya tanya ngapain memfoto dan saya mau lihat tapi tidak mau. Alasannya tempat umum. Kan wajar yang punya rumah nanya dulu, saya kasih tahu kalau masuk rumah orang kan permisi dulu dengan yang punya," ujar Fathori.
Tentang pengendara yang ditangkap karena memotret dirinya yang kemudian memicu wartawan datang ke Polres itu, menurut Fathori, yang bersangkutan adalah anak muda yang rumahnya dekat dengan Polres. Saat memotret Kapolres, sang pemotret didatangi ajudan dam disampaikan supaya kalau motret harusnya minta izin dahulu.
"Tapi dia malah dia tantang kita. Jadi bukan pengendara tapi anak muda. Sudah saya serahkan ke orangtuanya untuk belajar sopan santun lagi," kata Fathori.
Medan - Kapolresta Pematangsiantar AKBP Fathori Sik mengamuk kepada sejumlah wartawan di area parkir Mapolresta Pematangsiantar di Pematang Siantar, Sumatera Utara (Sumut), Sabtu (8/5/2010). Dia membantingkan topi dan tongkat komando, lantas mengajak wartawan bertinju.
Keterangan yang diperoleh detikcom menyebutkan, peristiwa tersebut berawal ketika sejumlah wartawan media cetak dan elektronik bermaksud melakukan liputan di Mapolresta. Mereka mendapat informasi seorang warga diperiksa karena memotret kapolres yang sedang menampar pengendara sepeda motor.
Untuk kepentingan pengecekan informasi tersebut, sejumlah wartawan datang ke Mapolresta. "Kami mencoba mengecek benar atau tidak informasi tersebut," kata Martahan Sitanggang reporter CAS FM.
Saat itu beberapa wartawan melakukan pengecekan ke bagian reserse kriminal, dan ada yang mengambil foto dan rekaman video. Seterusnya mereka menunggu perkembangan informasi sambil duduk-duduk di atas sepeda motornya masing-masing yang diparkir di Mapolres.
Tak lama kemudian Kapolres Fathori bersama beberapa anggotanya menghampiri para wartawan dan memarahi wartawan.
"Wartawan dipaksa memperlihatkan foto yang direkam. Kamera mau dirampas," kata Martahan.
Karena wartawan tidak bersedia menunjukkan, Fathori semakin emosi dengan mengancam akan memindahkan wartawan ke Papua. "Setelah itu Fathori memaki-maki wartawan dengan bahasa kotor," kata Martahan.
Setelah itu Fathori memerintahkan ajudannya mengambil tongkat komando dan topi lalu mencampakkan tongkat beserta topi ke arah wartawan. Tak selesai sampai di situ, Fathori juga menantang wartawan bertinju sambil membuka bajunya.
Perkelahian tak terjadi, karena beberapa anggota Polresta meminta wartawan segera pergi. Berkenaan dengan masalah ini, Kapolres AKBP Fathori menyatakan, dia awalnya mendapat laporan ada wartawan memotret dan merekam dengan handycam di lingkungan Mapolres. Atas informasi tersebut, dia menanyakan mengapa memotret dan ingin melihat hasil rekaman tersebut.
"Saya tanya ngapain memfoto dan saya mau lihat tapi tidak mau. Alasannya tempat umum. Kan wajar yang punya rumah nanya dulu, saya kasih tahu kalau masuk rumah orang kan permisi dulu dengan yang punya," ujar Fathori.
Tentang pengendara yang ditangkap karena memotret dirinya yang kemudian memicu wartawan datang ke Polres itu, menurut Fathori, yang bersangkutan adalah anak muda yang rumahnya dekat dengan Polres. Saat memotret Kapolres, sang pemotret didatangi ajudan dam disampaikan supaya kalau motret harusnya minta izin dahulu.
"Tapi dia malah dia tantang kita. Jadi bukan pengendara tapi anak muda. Sudah saya serahkan ke orangtuanya untuk belajar sopan santun lagi," kata Fathori.
0 Comments